Senin, 26 November 2012

PPOK


PPOK

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK, bahasa Inggris: Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) adalah penyakit paru kronik. PPOK ditandai dengan keterbatasan aliran udara di dalam saluran napas yang tidak sepenuhnya reversibel, bersifat progresif, dan biasanya disebabkan oleh proses inflamasi paru yang disebabkan oleh pajanan gas berbahaya yang dapat memberikan gambaran gangguan sistemik. Gangguan ini dapat dicegah dan dapat diobati.
Penyebab utama PPOK adalah rokok, asap polusi dari pembakaran, dan partikel gas berbahaya.
Gangguan aliran udara di dalam saluran napas disebabkan proses inflamasi paru yang menyebabkan terjadinya kombinasi penyakit saluran napas kecil (small airway disease) dan destruksi parenkim (emfisema).
Gejala dan tanda PPOK, di antaranya adalah: sesak napas, batuk kronik, produksi sputum, dengan riwayat pajanan gas/prtikel berbahaya, disertai dengan pemeriksaan faal paru. Indikator diagnosis PPOK adalah penderita di atas usia 40 tahun, dengan sesak napas yang progresif, memburuk dengan aktivitas, persisten, batuk kronik, produksi sputum kronik, riwayat pajanan rokok, asap atau gas berbahaya di dalam lingkungan kerja atau rumah

Efusi pleura


EFUSI PLEURA
1. PENDAHULUAN
Dalam masa embriologi membran pleura dibentuk dan mesenchim yang akan memisahkan paru dari mediastinum, diafragma dan dinding dada. Pada prinsipnya pleura dibentuk untuk mempermudah pergerakan paru-paru di rongga dada selama bernapas dan salah satu fungsi yang lain adalah mekanisme penghubung antara paru-paru dengan dinding dada. 1
Pleura terdiri atas pleura visceral yang membungkus permukaan paru dan pleura parietal yang melapisi bagian dalam dinding dada. Di antaranya terdapat rongga yang berisi sedikit cairan sebagai pelumas dalam pergerakan pernapasan. Dalam keadaan normal pada foto toraks tidak dapat diperlihatkan lapisan pleura. 2,3
Pleura dan rongga pleura dapat menjadi tempat sejumlah gangguan yang dapat menghambat pengembangan paru-paru atau alveolus atau keduanya. Keadaan ini dapat diakibatkan penekanan pada paru-paru salah satunya akibat penimbunan cairan dalam rongga pleura. 1
2. DEFINISI
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya penmpukan cairan di dalam rongga pleura. Efusi pleura merupakan suatu gejala penyakit yang serius yang dapat mengancam jiwa penderita. 2
3. PATOFISIOLOGI
Tekanan hidrostatik normal di dalam kapiler pleura parietal kemungkinan sama dengan tekanan di kapiler-kapiler sistemik dengan rata-rata 25 mmHg, sedangkan tekanan intrapleura sedikit di bawah atmosfir dengan rata-rata –3 mmHg, memungkinkan filtrasi cairan. Kebalikannya yaitu tekanan onkotik yang mana tekanan onkotik tersebut lebih tinggi di plasma daripada di cairan pleura sehingga memungkinkan reabsorpsi. 4
Pada kapiler di pleura visceral, keseimbangan antara tekanan hidrostatik dengan onkotik adalah berlawanan, walaupun begitu tekanan onkotiknya sama dengan di kapiler pleura parietal dan tekanan hidrostatik dan onkotiknya yang memungkinkan terjadinya reabsorpsi di pleura visceral yang hasil akhirnya karena ada keseimbangan antara filtrasi dari plura parietal dengan reabsorpsi dipertahankan minimal. 4
Tekanan hidrostatik kapiler dinding dada adalah 22 mmHg sedangkan tekanan di dalam rongga pleura –5 mmHg sehingga tekanan mendorong filtrasi besarnya 22 + 5 = 27 mmHg. Tekanan osmotik koloidal darah di pleura parietalis 25 mmHg dan tekanan osmotik di rongga pleura 6 mmHg, artinya tekanan menghambat filtrasi di pleura parietalis 25 – 6 = 19 mmHg, sehingga tekanan total yang mendorong filtrasi di pleura parietal adalah 27 – 19 = 8 mmHg. Dengan cara yang sama didapatkan tekanan total yang mendorong reabsorpsi di pleura visceral yaitu sebesar 4 mmHg. 4
Akumulasi cairan yang berupa transudat terjadi apabila hubungan normal antara tekanan kapiler hidrostatik dan tekanan koloid osmotik menjadi terganggu, sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi pleura akan melebihi reabsorpsi oleh pleura lainnya. 1,4
Eksudat merupakan cairan pleura yang terbentuk melalui membran kapiler yang permiabel abnormal (meninggi) dan berisi protein berkonsentrasi tinggi. Terjadinya perubahan permeabilitas membran adalah karena adanya peradangan pada pleura. Akibat meningkatnya permeabilitas kapiler dapat menyebabkan bocornya pembuluh darah menyebabkan cairan eksudat kaya akan protein dan sel. 1,2,3,4
Peningkatan permeabilitas kapiler pleura karena radang, bertambah masuknya protein dan cairan ke rongga pleura, sistem limfe yang tidak adekuat dan metastase tumor ganas dapat menambahkan jumlah cairan dan konsentrasi protein dan sel-sel di rongga pleura. 1,2,3,4
4. ETIOLOGI
Ada dua penyebab efusi pleura yaitu transudat dan eksudat. 1,2,3,4
4.1. Transudat
Pada cairan transudat, selain memiliki serum protein yang rendah (< 0,5) juga memiliki LDH yang rendah (< 0,6).
Penyebab utama terjadinya cairan transudat ini adalah:
§ Sindroma nefrotik
§ Sirosis hepatis
§ Sindroma Meig’s
§ Tumor
4.2. Eksudat
Pada cairan eksudat kadar protein lebih tinggi dari 0,5 gram/100 cc cairan efusi dan kadar LDH lebih tinggi dari 0,6.
Terjadinya eksudat antara lain disebabkan oleh:
§ Infeksi paru akibat: pneumococcus, staphylococcus, haemophillus, tuberculosa dan kuman gram negatif yaitu psudomonas aeroginosa.
§ Neoplasma
§ Infark paru.
5. DIAGNOSIS
5.1. Pemeriksaan Klinis
Nyeri dada dan pergerakan rongga dada berkurang merupakan tanda utama. Tanda nyeri dada pada inspirasi yang disebabkan peradangan pleura, tetapi nyeri tersebut menghilang bila terjadi akumulasi cairan yang memisahkan kedua permukaan pleura. Bunyi gesek pleura dapat didengar sebelum adanya cairan efusi, dan terdengar baik pada ekspirasi. Kadang-kadang bunyi tersebut sukar dibedakan dengan bunyi ronkhi. Untuk membedakannya pasien diperintahkan untuk batuk, biasanya suara ronkhi akan menghilang sedangkan bunyi gesek pleura akan tetap terdengar. Tetapi hal ini sulit
dilakukan pada bayi. 1,2,3,4,5
Sesak napas dapat bersifat ringan, sedang atau berat namun adakalanya tidak ada gejala sesak napas karena hal ini tergantung banyaknya cairan di rongga pleura. Gejala lainnya seperti demam, batuk, berkeringat, batuk darah, berat badan menurun, dan lainnya tergantung pada etiologi. 1,2
Efusi pleura sulit dideteksi dengan pemeriksaan fisik bila akumulasi cairannya sedikit, tetapi bila akumulasi cairannya banyak (300 – 500 ml) maka akan terlihat pergerakan dinding dada yang sakit, pada perkusi akan didapatkan bunyi beda/pekak, stem fremitusnya tidak ada, dan suara pernapasan menghilang sampai tidak terdengar. 1,3
Di atas permukaan efusi akan timbul penekanan paru-paru oleh efusi mengakibatkan penurunan kapasitas paru dan pada pemeriksaan fisik di dapatkan gambaran konsolidasi juga dijumpai pernapasan bronchial. 3,4,5
5.2. Gambaran Radiologis
Pemeriksaan ini mempunyai nilai yang tinggi dalam mendiagnosis efusi pleura. Karena cairan cenderung berakumulasi di tempat yang rendah, maka pertama kali dilihat pada foto pasien dengan posisi berdiri dan foto lateral pada sudut costofrenikus, sebagai gambaran perselubungan padat dan homogen dengan jumlah cairan paling sedikit antara 100 – 300 ml. Pada pasien dengan efusi yang sangat sedikit (< 200 ml) dapat ditemukan dengan foto dengan posisi lateral decubitus. 2,3
Beberapa penyimpangan yang biasa dijumpai seperti akumulasi cairan di antara diafragma dengan permukaan inferior paru (efusi intra pulmonal), yang mana kecurigaan ditunjukan dengan kenaikan satu atau dua diafragma tanpa sebab yang jelas. Ini dapat ditunjukan dari peningkatan jarak antara permukaan bawah kiri paru dengan permukaan atas lambung (lebih dari 2 cm), dan efusi intra pulmonal kanan dapat dicurigai dengan terlihatnya fisura minor semakin dekat ke diafragma. Pada posisi lateral dekubitus efusi akan nampak yang mana sairan yang terletak di atas diafragma pindah ke posisi lateral dada. 2
Kadang-kadang dijumpai efusi yanga terakumulasi di sekeliling lobus tertentu, yang disangka sebagai konsolidasi lobus. Cairan efusi juga dapat mengumpul dipara-
mediastinal, difisura interlobaris atau paralel dengan batas jantung (kardiomegali). 1
Berdasarkan foto dada efusi pleura dibagi atas tiga klasifikasi (oleh Martenson dan Himelman), yaitu: 1,2
§ Sedikit, bila cairan hanya menutupi sinus costofrenikus tidak sampai menutupi seluruh permukaan diafragma.
§ Sedang, bila batas meniskus cairan mencapai 1/3 rongga dada.
§ Banyak/masif, lebih dari sedang.
Selain foto dada, diagnosa efusi pleura dapat dilakukan dengan pemeriksaan USG dan CT Scan dada.
5.3. Torakosentesis
Torakosentesis dilakukan untuk tujuan mencari penyebab ataupun menghilangkan rasa sesak dengan cara mengeluarkan cairan serta memasukan antibiotik dan antiseptik ke rongga pleura pasien. Kontra indikasi adalah pada pasien yang mengalami kelainan pembekuan darah. Torakosentesis dilakukan pada posisi duduk, untuk menentukan batas atas dari efusi dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik. Torakosentesis dilakukan di sela iga di linea aksilaris, linea aksilaris posterior ujung tulang belikat dan linea aksilaris anterior di bawah permukaan cairan, dan permukaan kulit tempat tusukan harus bebas dari segala penyakit dan jarum tusukan sedalam 5 – 10 cm ke arah vertebra. 1,2,3
5.4. Analisa Cairan Pleura
Normal cairan pleura seperti air, tidak berwarna dan tidak berbau. 1
Komposisi normal cairan pleura
Volume : 0,1 – 0,2 ml/kg
Sel/mm3 : 1.000 – 5.000
% sel mesothelial : 3 – 70%
% monosit : 30 – 75%
% limfosit : 2 – 30%
% granulosit : 10%
Protein : 1 – 2 g/dl
% albumin : 50 – 70%
Glukosa : sama dengan kadar plasma
LDH : < 50% kadar plasma
Warna Cairan. Cairan transudat biasanya berwarna jernih dan kekuning-kuningan. Sedangkan cairan yang banyak mengandung protein dan sel serta cairan makin keruh disebut cairan eksudat. 1,2,3,4,5
Kultur Bakteriologi. Biasanya cairan pleura steril tapi kadang-kadang dapat mengandung mikroorganisme seperti pneumococcus, klebsiella, pseudomonas, enterobacter, dan tuberculosa. 1,2,3,4,5
Sitologi. Pemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura amat penting untuk diagnosis penyakit pleura, terutama bila ditemukan sel-sel patologis atau sel-sel tertentu, yaitu: 2
Sel-sel patologis pada cairan pleura
Sel neutrofil : menunjukan adanya infeksi akut
Sel limfosit : menunjukan adanya infeksi kronis, seperti pleuritis tuberkulosa atau limfoma malignum
Sel mesotel : bila jumlahnya meningkat, ini menunjukan adanya infark paru
Sel mesotel maligna : pada mesotelioma
Sel-sel besar dengan banyak inti : pada arthritis rheumatoid
Sel LE : pada lupus eritematosus sistemik
Biokimia. Secara biokimia efusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang perbedaannya dapat dilihat pada tabel di bawah: 2,4
Transudat Eksudat
Kadar protein dalam efusi (g/dl) < 3 > 3
Kadar protein dalam efusi
Kadar protein dalam serum < 0,5 > 0,5
Kadar LDH dalam efusi (IU) < 200 > 200
Kadar LDH dalam efusi
Kadar LDH dalam serum < 0,6 > 0,6
Berat jenis cairan efusi < 1,016 > 1,016
Rivalta Negatif Positif
Selain test di atas dapat juga dilakukan tes-tes khusus, antara lain: 2
Transudat Eksudat
Eritrosit < 10.000 /mm3 > 100.000 /mm3 menggambarkan neoplasma, infark, trauma
> 10.000 < 100.000 /mm3 tidak dapat ditentuk
Leukosit < 1.000 /mm3 Biasanya > 1.000 /mm3
Hitung jenis leukosit Biasanya > 50% limfosit atau sel mononukleus > 50% limfosit (tuberkulosis, neoplasma)
> 50% polimorfonullear (radang akut)
PH > 7,3 < 7,3 (radang) Glukosa Sama seperti darah (+) Rendah (infeksi) Sangat rendah (arthritis rheumatoid, kadang-kadang neoplasma Amilase > 500 unit/ml (pankreatitis: kadang-kadang neoplasma, infeksi)
Protein spesifik Komponen komplemen C3, C4 rendah (SLE, arthritis rheumatoid)
Faktor rheumatoid
Faktor anti nukleus
5.5. Tes Tuberkulin
5.6. Kultur darah/sputum
5.7. Biopsi Pleura
Biopsi pleura parietalis merupakan yang paling baik untuk mendiagnosa efusi pleura. Umumnya biopsi pleura dilakukan setelah torakosentesis.
Dapat dilakukan bila ternyata hasil biopsi pertama tidak memuaskan atau dapat dilakukan beberapa biopsi ulangan. 2,3
6. PROGNOSIS
Malignant pleural effusion mempunyai prognosis yang jelek. Efusi pleura yang tidak tertangani dengan baik dapat menimbulkan fibrotoraks. 3,4
7. PENATALAKSANAAN
§ Atasi sesak napas dengan cara membersihkan jalan napas dan beri oksigen.
§ Obati penyakit yang mendasarinya (penyebab).
§ Torakosentesis (pungsi).
Merupakan suatu tindakan pengambilan cairan pleura dengan tujuan untuk membedakan apakah cairan tersebut transudat, eksudat atau emphyema. Untuk itu perlu dipasang WSD (Underwater Seal Drainage). WSD adalah cara yang paling efektif untuk membuat katub, dimana udara dan cairan dapat dikeluarkan dari toraks.
Dalam melakukan pemasangan WSD perlu diingat:
ü Harus tidak ada kebocoran
ü Diklem bila botol tidak digunakan
ü Posisi botol harus di bawah toraks
ü Metode harus asepsis
ü Drain harus diangkat setelah 24 jam
ü Pipa dada harus diganti selama 7 – 10 hari digunakan.
§ Bila cairan yang terlalu banyak, dimana perlu dilakukan tindakan pungsi yang berulang-ulang sehingga dapat menyebabkan gangguan elektrolit, maka perlu dilakukan pleurodesis.
§ Operasi.
Menjahit pleura parietalis dengan pleura visceralis. Tujuannya agar bersatu, sehingga tidak terbentuk cairan yang sifatnya irreversibel. 3,4,5

Selasa, 06 Maret 2012

Masalah Gizi Buruk dan tanda tanda klinisnya

Dari berbagai penelitian epidemiologi masalah Kurang Energi Protein selalu diawali dengan keadaan lapar  yaitu Rasa “tidak enak” dan sakit akibat kurang /tidak makan,baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja diluar kehendak dan terjadi berulang-ulang, serta dalam jangka waktu tertentu menyebabkan penurunan berat badan dan gangguan kesehatan. Selanjutnya keadaan ini didefiniskan  dengan istilah kelaparan (E. Kennedy, 2002)
Jadi sangatlah jelas penyebab dari kurang energy protein (KEP) adalah makanan yang tidak adekuat maksudnya  intake makanan yang sangat kurang dari kebutuhan akan zat gizi tubuh. Walaupun pada dasarnya Kejadian Kurang Energi Protein (KEP) sangat tergantung dari :
  1. Karakteristik individu (umur, cadangan nutrient)
  2. Waktu dan hebatnya berlangsung defisiensi
  3. Jenis makanan yang tersedia /dikonsumsi
  4. Lingkungan terutama sanitasi lingkungan
  5. Kesehatan perorangan
  6. Dan pada anak sangat tergantung dari pola asuh orang tua yang diberikan kepada sang anak.
Tetapi tetap saja Kurang Energi Protein disebabkan  intake makanan yang sangat kurang dari kebutuhan akan zat gizi tubuh yang telah berlangsung lama (kronis). Bentuk KEP tergantung dari zat gizi utama kurang edekuat, bila kurang dalam hal protein dan tubuh diharuskan menggunakan protein tubuh maka gejala-gejala klinis dari kekurangan protein akan muncul, keadaan ini biasa diistilahkan dengan Kwashiorkor. Dan bila kekurangan Energi saja —–terutama energi yang bersumber dari karbohidrat——-maka gejala klinis yang muncul adalah  kekurangan cadangan energy atau energy tubuh benar-benar habis bahkan sel-sel dan jaringan tubuh dirombak untuk dipergunakan sebagai energi, tubuhnya akan terlihat sangat buruk, keadaan ini biasa diistilahkan dengan Marasmus. Tidak jarang juga ditemukan bentuk KEP sebagai akibat kurang adekuat makanan akan protein dan energy (Marasmus-Kwashiorkor). Kesemua itu adalah bentuk-bentuk dari Malnutrisi (kurang Energi Protein).
Bentuk  Malnutrisi (Kurang Energi Protein)
  1. Dewasa dibagi dalam  dua bentuk  yaitu Undernutrition (Kurang Zat Gizi) dan Starvation (Kelaparan)
  2. Anak-anak  dalam bentuk PEM- Protein Energi Malnutrition ( menurut JELLIFFE  mencakup seluruh kelompok umur anak) dikelompok menjadi : PEM ringan, PEM sedang dan PEM berat   yang terdiri dari Merasmus, Kwashiorkor dan Merasmus –kwashiorkor.
Walaupun semua adalah Malnutrisi tetapi masing-masing mempunyai gejala klinis sendiri-sendiri baik marasmus, kwashiorkor, maupun marasmus-kwashiorkor.
.

Gejala Klinis dari Marasmus 

Gejala Klinis Kurang Energi Protein (KEP) dari marasmus adalah
  1. Wajah seperti orang tua
  2. Cengen dan Rewel
  3. Sering disertai: peny. infeksi (diare, umumnya kronis berulang, TBC)
  4. Tampak sangat kurus (tulang terbungkus kulit)
  5. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (~pakai celana longgar-baggy pants)
  6. Perut cekung
  7. Iga gambang

Gejala Klinis  Kwashiorkor

Gejala Klinis Kurang Energi Protein (KEP) dari kwashiorkor adalah
  1. Rambut tipis, merah spt warna
  2. Edema (pd kedua punggung kaki,  bisa seluruh tubuh)
  3. rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok
  4. Kelainan kulit (dermatosis)
  5. Wajah membulat dan sembab
  6. Pandangan mata sayu
  7. Pembesaran hati
  8. Sering disertai: peny. infeksi akut,  diare, ISPA dll
  9. Apatis & rewel
  10. Otot mengecil (hipotrofi),

Gejala Klinis Marasmus-Kwashiorkor

Gejala Klinis Kurang Energi Protein (KEP) dari Marasmus-kwashiorkor   pada dasarnya adalah campuran dari  gejala marasmus dan kwashiorkor, cirri khas yang dapat terlihat secara klinis yakni :
  1. Beberapa gejala klinik marasmus,  terlihat sangat buruk dalam hal Berat Badan (BB/U)  berada dibawah < -3 SD dan bila di konfirmasi dengan BB/TB  dikategorikan sangat kurus: BB/TB < – 3 SD).
  2. Kwashiorkorm secara klinis terlihat disertai edema yang  tidak mencolok pada kedua punggung kaki
Anak-anak gizi buruk dengan tanda-tanda klinis ini dapat di deteksi keKurangan  Energi Proteinnya  melalui
  1. Penimbangan bulanan di Posyandu termasuk upaya-upaya kejar timbangnya
  2. Surveilens gizi/KLB Gizi Buruk
  3. Manajemen Terpadu Balita Sakit
  4. Poliklinik KIA/Tumbuh Kembang
Tidak jarang hasil deteksi Gizi Buruk  pada anak dikarenakan telah terjadi gagal pertumbuhan yang penyebabnya hanya karena kurang perhatian dan pedulinya orang tua terhadap tumbuh-kembang sang anak. Dari hasil penelitian ahli tumbuh kembang anak, ada empat alasan mengapa terjadi gagal pertumbuhan yaitu
  1. Bayi tidak cukup mendapat makanan, khususnya makanan pendamping
  2. Anak-anak memerlukan kata-kata lembut dan sentuhan-sentuhan penuh kasih sayang yang dapat merangsang peningkatan hormon pertumbuhan dan daya tahan tubuh.
  3. Bayi bertambah aktif ketika mulai belajar berjalan.  Kebutuhan makanan perlu ditambah, namun banyak ibu tidak memberikan tambahan. Output tidak sesuai dengan input
  4. Penyakit dan infeksi mempengaruhi penggunaan zat gizi dalam makanan. Selain itu juga menyebabkan nafsu makan berkurang sehingga zat makanan yang masuk dalam tubuh sedikit.
Seharusnya  ini tidak boleh terjadi……..

Senin, 05 Maret 2012

Anatomi sistem pencernaan


  • ANATOMI SISTEM PENCERNAAN ANDIKAWATI F S.Kep Ns
  • Tujuan Pembelajaran
    • Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami:
    • 1. organ-organ dalam sistem pencernaan
    • 2. anatomi mulut, faring, osofagus
    • 3. anatomi gaster
    • 4. anatomi usus besar dan usus kecil
    • 5. anatomi anus
  • PENGERTIAN
    • Sistem pencernaan (mulai dari mulut sampai anus) berfungsi :
    • - menerima makanan
    • - memecah makanan menjadi zat-zat gizi (pencernaan)
    • - menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
    • - membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh.
    • Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.
    • Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
  • SUSUNAN
    • Mulut
    • Faring
    • Osofagus
    • Ventrikulus / Gaster (Lambung)
    • Intestinum minor (usus halus)
    • Intestinum mayor (usus besar)
    • Rektum
    • Anus
  •  
    • Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan dikunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna.
    • Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya.
    • Pada saat makan, aliran dari ludah membersihkan bakteri yang bisa menyebabkan pembusukan gigi dan kelainan lainnya.
    • Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.
    • Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
    • Epiglotis akan tertutup agar makanan tidak masuk ke dalam pipa udara (trakea) dan ke paru-paru, sedangkan bagian atap mulut sebelah belakang (palatum mole, langit-langit lunak) terangkat agar makanan tidak masuk ke dalam hidung.
    • Kerongkongan (esofagus) merupakan saluran berotot yang berdinding tipis dan dilapisi oleh selaput lendir.
    • Kerongkongan menghubungkan tenggorokan dengan lambung.
    • Makanan didorong melalui kerongkongan bukan oleh gaya tarik bumi, tetapi oleh gelombang kontraksi dan relaksasi otot ritmik yang disebut dengan PERISTALTIK
  • MULUT
    • Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan dan sistem pernafasan.
    • Merupakan permulaan dari sal.pencernaan yg tdd :
    • Bagian luar yang sempit/ vestibula, yaitu ruang ant gusi, gigi, pipi
    • Bagian dalam / rongga mulut, dibatasi
    • - sisi-sisinya : tulang maxilaris & semua gigi
    • - Atas : Palatum
    • - Dasar : Lingua
    • - Belakang : Mandibularis yg bersambung dg pharink
  •  
    • BIBIR
    • Bibir terdiri dari lipatan-lipatan muskuler yang mengelilingi mulut
    • Dalam bibir tedapat : M.ORBICULARIS ORIS,
    • pembuluh darah dan N.Labialis superior & N.Labialis inferior
    • Struktur ini keluar ditutupi oleh kulit dan kedalam oleh membran mukosa
    • PIPI
    • Mempunyai struktur yg sama dengan bibir
    • Otot utama dr pipi adalah M.BUCCINATOR
    • Fungsi : Menekan pipi kpd gigi – gigi geraham & mendorong makanan ke permukaan gigi supaya makanan tetap berada diantara gigi geraham pada saat dikunyah.
    • Bagian dalam pipi dilapisis oleh mukosa yang mengandung papila - papila
  • GIGI
    • 1. Gigi sulung (gigi susu)
    • - Tumbuh pd anak usia 6 – 8 bln dan lengkap
    • pd usia 2,5 tahun
    • - Jumlahnya 20 buah : 8 incicivus, 4 caninus, 8 premolar
    • 2. Gigi tetap / permanen
    • - Tumbuh pd usia 6 – 18 tahun
    • - Jumlahnya 32 buah : 8 incicivus, 4 caninus,
    • 8 premolar, 12 molar
  • FUNGSI GIGI
    • Fungsi gigi :
    • Incicivus : memotong makanan
    • Caninus : Memutuskan makanan yang keras
    • Molar : mengunyah makanan yang sudah dipotong-potong
  • PALATUM
    • Palatum ada 2 :
    • Palatum durum ( keras )
    • Palatum molle ( lunak) yg terdiri dari jaringan fibrosus dan selaput lendir. Ditengah palatum molle menggantung sebuah prosesus berbentuk kerucut yang disebut UVULA
  • LIDAH
    • Lidah terletak didasar mulut, merupakan organ yg berotot yg dpt bergerak
    • Fungsi utama : Mendorong makanan ke pharynx sewaktu menelan & mengucapkan kata – kata sewaktu berbicara
    • Fungsi lain : Mengaduk mekanan, alat pengecap dan merasakan makanan
    • Lidah dibagi mjd 3 bagian :
    • - Radix lingua ( pangkal lidah )
    • - Dorsum lingua ( punggung lidah )
    • - Apeks lingua ( ujung lidah)
    • Pada pangkal lidah tdp “EPIGLOTIS”
    • Punggung lidah bersifat kasar krn adanya “PAPILLAE LINGUAE”
    • Puting-putting pengecap atau ujung saraf pengecap
    • Ada 4 macam rasa kecapan pada lidah : Manis, asin, asam dan pahit
  •  
  •  
  • KELENJAR SALIVA
    • Ada 3 : K. Parotis, K. Submandibularis,K. Sublingualis
    • 1. Kelenjar parotis :
    • - Terbesar diantara kedua kelenjar lainnya
    • - Terletak didepan bawah telinga diantara prosesus mastoid kiri & kanan os mandibularis
    • - Ductus stensoni menembus M.Buccinator &
    • dan bermuara dipipi sebelah dalam, berhadapan
    • molar kedua atas
    • 2. Kelenjar Submandibularis
    • Terletak dibawah kedua sisi tulang rahang
    • Duktus wartoni melintas disebelah dalam nervus lengualis & bermuara di lubang yang terdapat pd satu papil kecil disamping frenulum linguae. Muara ini mudah dilihat bahkan sering terlihat liur yg keluar.
    • 3. Kelenjar Sublingualis
    • - Kelenjar yg terkecil diantara kelenjar yg lain
    • - Letaknya dibawah selaput lendir dasar rongga mulut bermuara di dasar rongga mulut
    • Fungsi kelenjar Saliva :
    • Mengeluarkan saliva, dimana berfungsi untuk membantu dalam proses pencernaan
  •  
  • FARING
    • Mrpk organ yg menghubungkan rongga mulut dg esofagus (kerongkongan)
    • Terletak dibelakang rongga hidung dan rongga mulut, didepan ruas tulang belakang
    • Faring dibagi mjd 3 bagian :
    • 1. Nasofaring : bermuara tuba eustachi
    • 2. Orofaring : terletak dibelakang mulut
    • 3. Laringofaring : menghubungkan antara orofaring dengan laring
  •  
  • ESOFAGUS
    • Mrpk saluran yg menghubungkan antara faring dengan lambung, panjangnya sekitar + 25 cm
    • Terletak dibelakang trakhea dan didepan tulang punggung. Osofagus menembus diagfragma masuk kedalam abdomen dan menyambung dengan lambung
    • Lapisan dari osofagus : lapisan Selaput lendir, Lapisan sub mukosa, Lapisan otot melingkar dan lapisan otot memnjang longitudinal
  •  
  • LAMBUNG
    • Terletak di bagian atas abdomen, terbentang dari permukaan bawah costalis sinistra sampai regio epigastrica dan umbilicalis
    • Mempunyai 2 lubang:
    • Ostium cardia
    • Ostium pylorum
    • Mempunyai 3 bagian:
    • cardia
    • fundus
    • pylorus
    • CARDIA
    • Kel jantung, ditemukan di regia mulut jantung
    • ini hanya mensekresi mukus
    • FUNDUS
    • bagian yang menonjol ke atas terletak sebelah kiri ostium kardium dan biasanya berisi gas
    • PILORUS
    • terletak pada regio antrum pilorus
    • mensekresi gastrin dan mukus yang berpengaruh besar dalam proses sekresi lambung
  •  
    • Susunan lapisan dari dalam keluar, terdiri dari:
    • Lapisan selaput lendir, apabila dikosongkan, lapisan akan berlipat-lipat disebut RUGAE
    • Lapisan otot melingkar (muskulus aurikularis)
    • Lapisan otot miring (muskulus obliqus)
    • Lapisan otot panjang (muskulus longitudinal)
    • Lapisan jaringan ikat/serosa (Peritonium)
  • FUNGSI LAMBUNG
    • Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh peristaltik lambung dan getah lambung.
    • Getah cerna lambung yang dihasilkan:
    • 1. PEPSIN, fx memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan pepton)
    • 2. ASAM GARAM (HCL), fx mengasamkan makanan, sebagai antiseptik dan desinfektan dan membuat suasanan asam pada pepsinogen menjadi pepsin
    • 3. RENIN, fx sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dan karsinogen (kasinogen dan protein susu)
    • 4. LAPISAN LAMBUNG, fx memecah lemak menjadi asam lemak yang merangsang sekresi getah lambung
  •  
  • INTESTINUM MINOR
    • Merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorpsi hasil pencernaan
    • Terdiri dari:
    • 1. lapisan mukosa (sebelah dalam)
    • 2. lapisan otot melingkar (M. sirkuler)
    • 3. lapisan otot memnjang (M.longitudinal)
    • 4. lapisan serosa (sebelah luar)
  • Duodenum
    • Disebut juga usus 12 jari panjangnya ± 25 cm
    • Berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri pada lengkungan ini terdapat pankreas
    • Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar, disebut kelenjar Brunner, berfungsi untuk memproduksi getah intestinum
  • YEYUNUM dan ILEUM
    • Mempunyai panjang ± 6 meter.
    • Dua perlima bagian atas adalah YEYUNUM dengan panjang ± 2-3meter
    • Dan ileum panjang ± 4-5meter
    • Ujung bawah ileum berhubungan dengan seikum dengan perantara lubang yang bernama ORIFISIUM ILEOSEIKALIS
    • Pada bagian ini terdapat katup Valvula Baukini yang berfungsi mencegah cairan dalam kolon asendens tidak masuk kembali dalam ileum
  • FUNGSI USUS HALUS
    • Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-kapiler darah dan sal limfe
    • Menyerap protein dalam bentuk asam amino
    • Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida
    • Menghasilkan getah usus yang menyempurnakan makanan (enterokinase, Laktase, Maltosa, sukrosa)
  • INTESTINUM MAYOR
    • Panjangnya ± 1,5meter lebarnya 5-6cm
    • Lapisan usus besar dari dalam ke luar, terdiri dari:
    • Selaput lendir
    • Lapisan otot melingkar
    • Lapisan otot memanjang
    • Jaringan ikat
  • FUNGSI USUS BESAR
    • Menyerap air dari makanan
    • Tempat feses
    • melumasi dan membantu mengeluarkan feses
  •  
  •  
  • SEIKUM
    • Di bawah seikum terdapat appendiks Vermiformis yang berbentuk seperti cacing sehingga disebut Umbai Cacing
    • Seluruhnya ditutupi oleh peritonium mudah bergerak dan dapat diraba melalui dinding abdomen pada orang yang masih hidup
  • Kolon Asendens
    • Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan membujur ke atas dari ileum ke bawah hati
    • Di bawah hati membengkok ke kiri, lengkungan ini disebut Fleksura Hepatika, dilanjutkan sebagai kolon transversum
  • Kolon Transversum
    • Panjangnya ± 38 cm
    • Membujur dari kolon asendens sampai ke kolon desendens berada dibawah abdomen,
    • Sebelah kanan terdapat Fleksura Hepatika dan sebelah kiri terdapat Fleksura Lienalis
  • Kolon Desendens
    • Panjangnya ± 25 cm
    • Terletak dibawah abdomen bagian kiri membujur dari atas ke bawah dari Fleksura Lienalis sampai ke depan ileum kiri bersambung dengan kolon sigmoid
  • Kolon Sigmoid
    • Merupakan lanjutan dari kolon decendens, terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri bentuknya menyerupai bentuk S, ujung bawahnya berhubungan dengan rektum
  •  
  • Rektum
    • Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan os coccygis
  • Anus
    • Bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan dengan rektum dengan dunia luar (udara luar).
    • Terletak didasar pelvis, dindingnya diperkuat 3 spincter:
    • 1. spincter Ani Internus, bekerja tidak menurut kehendak
    • 2. Spincter Levator Ani, bekerja juga tidak menurut kehendak
    • 3. Spincter Ani Eksternus, bekerja menurut kehendak

Sabtu, 03 Maret 2012

LARUTAN ELEKTROLIT

Definisi larutan elektrolit adalah larutan yang molekul-molekulnya dapat terurai menjadi ion-ion sehingga dapat menghantarkan listrik. Laurtan ini dapat berupa asam, basa dan garam. Larutan elektrolit terbagi menjadi :

Elektrolit kuat yaitu elektrolit yang menghasilkan banyak ion. Senyawa elektrolit ini sangat mudah mengalami isolasi contohnya larutan garam dapur, larutan asam klorida, dan larutan asam sulfat.
Elektrolit lemah, yaitu elektrolit yang menghasilkan sedikit ion. Larutan ini sukar mengalami ionisasi contoh larutan asam cuka dan larutan ammonium hidroksida.

HYPONATREMIA

Hyponatremia merujuk pada tingkat sodium dalam darah yang lebih rendah dari normal. Sodium adalah penting untuk banyak fungsi-fungsi tubuh termasuk pemeliharaan keseimbangan cairan, pengaturan dari tekanan darah, dan fungsi normal dari sistim syaraf.


Sodium adalah ion yang bermuatan positif utama (cation) dalam cairan diluar sel-sel tubuh. Cara menulis kimia untuk sodium adalah Na. Ketika digabungkan dengan chloride (Cl), unsur yang berakibat darinya adalah garam dapur (NaCl).

Tingkat sodium darah yang normal adalah 135 - 145 milliEquivalents/liter (mEq/L), atau dalam international units, 135 - 145 millimoles/liter (mmol/L). Hasil-hasil mungkin bervariasi sedikit diantara laboratorium-laboratorium yang berbeda.
Penyebab Hyponatremia (sodium darah yang rendah)

Tingkat sodium yang rendah dalam darah mungkin berakibat dari kelebihan air atau cairan dalam tubuh, mengencerkan jumlah yang normal dari sodium sehingga konsetrasinya nampak rendah. Tipe dari hyponatremia ini dapat menjadi hasil dari kondisi-kondisi kronis seperti gagal ginjal (ketika kelebihan cairan tidak dapat disekresikan atau dikeluarkan secara efisien) dan gagal jantung congestive, dimana kelebihan cairan berakumulasi dalam tubuh. SIADH (syndrome of inappropriate anti-diuretic hormone) adalah penyakit dengan mana tubuh menghasilkan terlalu banyak hormon anti-diuretik atau anti-diuretic hormone (ADH), berakibat pada penahanan air dalam tubuh. Mengkonsumsi air yang berlebihan, contohnya selama latihan yang berat, tanpa penggantian sodium yang cukup, dapat juga berakibat pada hyponatremia.

Hyponatremia dapat juga berakibat ketika sodium hilang dari tubuh atau ketika keduanya sodium dan cairan hilang dari tubuh, contohnya, selama berkeringat yang berkepanjangan dan muntah atau diare yang parah.

Kondisi-kondisi medis yang dapat adakalanya dihubungkan dengan hyponatremia adalah kekurangan adrenal, hypothyroidism, dan sirosis hati.

Akhirnya, sejumlah obat-obat dapat menurunkan tingkat-tingkat sodium darah. Contoh-contoh dari ini termasuk obat-obat diuretics, vasopressin, dan sulfonylurea.

Gejala-Gejala Dari Hyponatremia (sodium darah yang rendah)

Ketika tingkat-tingkat sodium dalam tubuh rendah, air cenderung memasuki sel-sel, menyebabkan mereka membengkak. Ketika ini terjadi dalam otak, ia dirujuk sebagai cerebral edema. Cerebral edema adalah terutama berbahaya karena otak dibatasi/dikurung dalam tengkorak tanpa ruangan untuk ekspansi (perluasan), dan pembengkakan ini dapat menjurus pada kerusakan otak ketika tekanan meningkat didalam tengkorak.

Pada hyponatremia kronis, dimana tingkat-tingkat sodium darah jatuh secara berangsur-angsur melalui waktu, gejala-gejala adalah secara khas kurang parah dibanding dengan hyponatremia akut (kejatuhan yang tiba-tiba dalam tingkat sodium darah). Gejala-gejala dapat menjadi sangat tidak spesifik dan dapat termasuk:

* sakit kepala,
* kebingungan atau keadaan mental yang berubah,
* seizures, dan
* kesadaran yang berkurang yang dapat berlanjut pada koma dan kematian.

Gejala-gejala mungkin lainnya termasuk:

* kegelisahan atau keresahan,
* spasme-spasme otot atau kejang-kejang otot,
* kelemahan, dan kelelahan.

Mual dan muntah mungkin menyertai segala gejala-gejala.
Mendiagnosa Hyponatremia (sodium darah yang rendah)

Gejala-gejala dari hyponatremia adalah tidak spesifik, jadi tes darah yang mengukur tingkat sodium diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis dari hyponatremia. Adakalanya sejarah medis (seperti muntah yang berkepanjangan atau berkeringat berlebihan) akan menyarankan diagnosis. Pada kasus-kasus lain, tes-tes darah, tes-tes urin, dan studi-studi imaging lebih jauh mungkin diperlukan dalam rangka untuk menentukan penyebab yang tepat dari hyponatremia.
Merawat Hyponatremia (sodium darah yang rendah)

Hyponatremia kronis yang ringan mungkin tidak memerlukan perawatan selain daripada penyesuaian-penyesuaian dalam makanan, gaya hidup, atau obat-obat. Untuk hyponatremia yang parah atau akut, perawatan secara khas melibatkan pemasukan secara intravena dari cairan-cairan atau elektrolit-elektrolit. Pada kasus ini obat-obat seringkali diperlukan yang merawat penyebab yang mendasarinya dari hyponatremia serta obat-obat untuk mengendalikan gejala-gejala yang menyertainya.

DEHIDRASI

Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan (misalnya minum). Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh.
Dehidarasi terjadi karena
  • kekurangan zat natrium;
  • kekurangan air;
  • kekurangan natrium dan air.
Dehidrasi terbagi dalam tiga jenis berdasarkan penurunan berat badan, yaitu
Dehidrasi ringan (jika penurunan cairan tubuh 5 persen dari berat badan), dehidrasi sedang (jika penurunan cairan tubuh antara 5-10 persen dari berat badan), dan dehidrasi berat (jika penurunan cairan tubuh lebih dari 10 persen dari berat badan).
Selain mengganggu keseimbangan tubuh, pada tingkat yang sudah sangat berat, dehidrasi bisa pula berujung pada penurunan kesadaran, koma, hingga meninggal dunia, atau tidak. Dan Jangan coba-coba menurunkan berat badan dengan cara dehidrasi karena anda akan menanggung resiko gangguan pada ginjal anda.