Dari berbagai penelitian epidemiologi
masalah Kurang Energi Protein selalu diawali dengan keadaan lapar yaitu
Rasa “tidak enak” dan sakit akibat kurang /tidak makan,baik yang
disengaja maupun yang tidak disengaja diluar kehendak dan terjadi
berulang-ulang, serta dalam jangka waktu tertentu menyebabkan penurunan
berat badan dan gangguan kesehatan. Selanjutnya keadaan ini
didefiniskan dengan istilah kelaparan (E. Kennedy, 2002)
Jadi sangatlah jelas penyebab dari kurang
energy protein (KEP) adalah makanan yang tidak adekuat maksudnya
intake makanan yang sangat kurang dari kebutuhan akan zat gizi tubuh.
Walaupun pada dasarnya Kejadian Kurang Energi Protein (KEP) sangat
tergantung dari :
- Karakteristik individu (umur, cadangan nutrient)
- Waktu dan hebatnya berlangsung defisiensi
- Jenis makanan yang tersedia /dikonsumsi
- Lingkungan terutama sanitasi lingkungan
- Kesehatan perorangan
- Dan pada anak sangat tergantung dari pola asuh orang tua yang diberikan kepada sang anak.
Tetapi tetap saja Kurang Energi Protein
disebabkan intake makanan yang sangat kurang dari kebutuhan akan zat
gizi tubuh yang telah berlangsung lama (kronis). Bentuk KEP tergantung
dari zat gizi utama kurang edekuat, bila kurang dalam hal protein dan
tubuh diharuskan menggunakan protein tubuh maka gejala-gejala klinis
dari kekurangan protein akan muncul, keadaan ini biasa diistilahkan
dengan Kwashiorkor. Dan bila kekurangan Energi saja —–terutama energi
yang bersumber dari karbohidrat——-maka gejala klinis yang muncul adalah
kekurangan cadangan energy atau energy tubuh benar-benar habis bahkan
sel-sel dan jaringan tubuh dirombak untuk dipergunakan sebagai energi,
tubuhnya akan terlihat sangat buruk, keadaan ini biasa diistilahkan
dengan Marasmus. Tidak jarang juga ditemukan bentuk KEP sebagai akibat
kurang adekuat makanan akan protein dan energy (Marasmus-Kwashiorkor).
Kesemua itu adalah bentuk-bentuk dari Malnutrisi (kurang Energi
Protein).
Bentuk Malnutrisi (Kurang Energi Protein)- Dewasa dibagi dalam dua bentuk yaitu Undernutrition (Kurang Zat Gizi) dan Starvation (Kelaparan)
- Anak-anak dalam bentuk PEM- Protein Energi Malnutrition ( menurut JELLIFFE mencakup seluruh kelompok umur anak) dikelompok menjadi : PEM ringan, PEM sedang dan PEM berat yang terdiri dari Merasmus, Kwashiorkor dan Merasmus –kwashiorkor.
Walaupun semua adalah Malnutrisi tetapi
masing-masing mempunyai gejala klinis sendiri-sendiri baik marasmus,
kwashiorkor, maupun marasmus-kwashiorkor.
.
Gejala Klinis dari Marasmus
Gejala Klinis Kurang Energi Protein (KEP) dari marasmus adalah- Wajah seperti orang tua
- Cengen dan Rewel
- Sering disertai: peny. infeksi (diare, umumnya kronis berulang, TBC)
- Tampak sangat kurus (tulang terbungkus kulit)
- Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (~pakai celana longgar-baggy pants)
- Perut cekung
- Iga gambang
Gejala Klinis Kwashiorkor
Gejala Klinis Kurang Energi Protein (KEP) dari kwashiorkor adalah- Rambut tipis, merah spt warna
- Edema (pd kedua punggung kaki, bisa seluruh tubuh)
- rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok
- Kelainan kulit (dermatosis)
- Wajah membulat dan sembab
- Pandangan mata sayu
- Pembesaran hati
- Sering disertai: peny. infeksi akut, diare, ISPA dll
- Apatis & rewel
- Otot mengecil (hipotrofi),
Gejala Klinis Marasmus-Kwashiorkor
Gejala Klinis Kurang Energi Protein (KEP) dari Marasmus-kwashiorkor pada dasarnya adalah campuran dari gejala marasmus dan kwashiorkor, cirri khas yang dapat terlihat secara klinis yakni :
- Beberapa gejala klinik marasmus, terlihat sangat buruk dalam hal Berat Badan (BB/U) berada dibawah < -3 SD dan bila di konfirmasi dengan BB/TB dikategorikan sangat kurus: BB/TB < – 3 SD).
- Kwashiorkorm secara klinis terlihat disertai edema yang tidak mencolok pada kedua punggung kaki
- Penimbangan bulanan di Posyandu termasuk upaya-upaya kejar timbangnya
- Surveilens gizi/KLB Gizi Buruk
- Manajemen Terpadu Balita Sakit
- Poliklinik KIA/Tumbuh Kembang
Tidak jarang hasil deteksi Gizi Buruk
pada anak dikarenakan telah terjadi gagal pertumbuhan yang penyebabnya
hanya karena kurang perhatian dan pedulinya orang tua terhadap
tumbuh-kembang sang anak. Dari hasil penelitian ahli tumbuh kembang
anak, ada empat alasan mengapa terjadi gagal pertumbuhan yaitu
- Bayi tidak cukup mendapat makanan, khususnya makanan pendamping
- Anak-anak memerlukan kata-kata lembut dan sentuhan-sentuhan penuh kasih sayang yang dapat merangsang peningkatan hormon pertumbuhan dan daya tahan tubuh.
- Bayi bertambah aktif ketika mulai belajar berjalan. Kebutuhan makanan perlu ditambah, namun banyak ibu tidak memberikan tambahan. Output tidak sesuai dengan input
- Penyakit dan infeksi mempengaruhi penggunaan zat gizi dalam makanan. Selain itu juga menyebabkan nafsu makan berkurang sehingga zat makanan yang masuk dalam tubuh sedikit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar